Pembinaan Terhadap Koruptor, Terlalu Istimewa

Bima, Media Aspirasi - Pembinaan terhadap para penjahat yang merampas hak rakyat (Koruptor) itu terlalu istimewa, karena yang perlu di bina dan bimbing adalah seorang pekerja yang belum tau cara kerja, bukan seorang yang dengan sengaja melakukan kejahatan. Pepatah menyataka Piring kotor kalau terus di pake akan akan menimbulkan bakteri dan akan berkontaminasi tehadap piring lainnya, begitu juga dengan koruptor, kalau terus di pake akan terus menularkan kebiasaan buruknya kepada yang lain.

Teringat pada sebuah tulisan Moh. Asy'ari muthhar tentang perspektif Al-Farabi yang mengonsep sebuah Negara Ideal dalam sebuah bukunya yang berjudul "The Ideal State" Negar ideal harus dipimpin oleh seorang yang cerdas dan bijaksana serta rasa takut untuk tidak menyelewengkan kekuasaannya.

Rasulullah menjadi suri tauladan umat Islam, telah memberikan contoh pada umatnya, menjalankan tugasnya sebagai pemimpin sekaligus hakim dengan adil dan bijaksana, agar memiliki rasa takut terhadap dosa dan murka Allah terhadap dirinya. Apalagi hal-hal yang berupa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam pandangan Islam, itu merupakan perbuat dosa dan dilaknat Tuhan.

Sebagai manusia yang berkehendak bebas, Hukum harus bersifat memaksa supaya seseorang takut melanggar tata tertib, sanksi yang tegas terhadap siapa yang tidak patuh dan jeruji besi harus menjadi tempat penyiksaan untuk seorang yang berbuat salah lebih-lebih koruptor.

Otak koruptor harus di cuci dengan ketakutan, jeruji besi menjadi neraka dalam bayang-bayang dan sanksi-sanksi Hukum merupakan dosa perbuatannya, agar muncul rasa terhadapnya, serta menjadi hal yang menakutkan bagi orang lain(Armin).