Setelah Dua Tahun Menderita Limfadenophati, Aisyah Akhirnya Meninggal

Foto: Jenazah Aisyah saat dimakamkan di TPU Desa Tambe
Bima, Media Aspirasi - Aisyah, gadis berumur 11 tahun asal Desa Tambe Kecamatan Bolo yang menderita penyakit langka Limfadenophati sejak 2016 lalu akhirnya meninggal, Kamis (15/3). Putri sulung pasangan Yanto dan Yusmul Yati itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Sanglah, Bali.

Sejak akhir tahun 2016 lalu, Aisyah menderita penyakit kulit melepuh dan bersisik. Aisyah pertama kali dilarikan ke PKM Bolo pada Desember 2016, lalu dirujuk ke RSUD Bima dan dirawat hingga Februari 2017.

Foto: Jenazah Aisyah saat disambut warga Desa Tambe.
Karena kondisinya tidak membaik, Aisyah dirujuk ke RS Sanglah, Bali pada Maret 2017 dan dirawat hingga Mei 2017. Namun karena keterbatasan biaya, kedua orang tuanya pulang ke Bima dan tidak kembali lagi ke Sanglah sesuai dengan jadwal pemeriksaannya. Dan penyakit Aisyah hanya diobati secara Tradisional.

Memasuki Oktober 2017, penyakit Aisyah tambah parah. Setelah mendapat informasi dari salah satu media online di Bima, BABUJU CARE CENTRE (BCC) mendampingi Aisyah mulai 7 Oktober 2017. Aisyah kemudian ditangani secara intensive di RSUD Bima.

Pada tanggal 11 Oktober 2017, Aisyah dirujuk ke RSUP NTB di Mataram dengan pendampingan penuh BCC. Desember awal, Aisyah dirujuk lebih lanjut ke RS Sanglah Bali, hingga menghembuskan nafas terakhir di Ruang Isolasi Luka Bakar RS Sanglah, Kamis (15/3) dini hari.

Hasil Laboratorium menyebutkan, Aisyah menderita penyakit Limfadenophati. Penyakit ini dianggap langka di Indonesia. Limfadenopati adalah istilah medis untuk menggambarkan adanya pembengkakan pada kelenjar limfe.
Kelenjar limfe sendiri adalah organ tubuh yang berbentuk kacang polong yang tersebar di bawah ketiak, lipatan paha, leher, dada, dan perut. Akibat penyakitnya, seluruh tubuh Aisyah terkelupas seperti terbakar.

BCC Bali bergerak cepat mengurus segala hal terkait pemulangan Jenazah Aisyah, Kamis (15/3) subuh hingga diberangkatkan sekitar pukul 10.40 Wita menggunakan Ambulans Masjid An Nur Denpasar. Jenazah almarhumah tiba di rumah duka di Desa Tambe, Jumat (16/3) sekitar pukul 06.10 Wita.

Jenazah Aisyah disambut teriakan histeris keluarga. Hampir semua warga lingkungan sekitar ikut menyaksikan dan menyertai Jenazah Aisyah hingga ke rumah duka.

Orang tua Aisyah, Yanto dan Yusmul mengucapkan terima kasih kepada para Donatur. Baik melalui BCC maupun yang datang menjenguk dan menyerahkan langsung.

Disampaikan juga ucapan terima kasih kepada Bupati Bima yang sempat menjenguk di RSUP NTB, Wakil Walikota Bima, REKAN (Relawan Kemanusiaan) NTB, Keluarga Besar D2GN (Dou Dompu Global Network), LPDP, Endri Fundation, Komunitas MECI ANGI Bima Dompu di Bali dan lainnya. "Kami tidak tau harus sampaikan ungkapan terima kasih dengan cara apa atas segala bantuan yang kami terima. Kami keluarga besar Almarhumah Aisyah di Desa Tambe maupun Desa Kananga Bolo, mengkhaturkan terima kasih kepada semua pihak. Kami tak mengira, Aisyah diperhatikan sedemikian rupa. Terkhusus teman2 BCC baik sejak dari Bima hingga selama di Bali," tutur panjang Yanto saat pemakaman Aisyah.

Rangga Babuju mewakili BCC mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yg ikut tergugah dan membantu meringankan beban Aisyah dan keluarga. Meski pada akhirnya Allah SWT berkehendak lain. "Kini, Aisyah telah tenang dalam Pangkuan Illahi," tutup Rangga. (MA3)